DISKUSI : DESEMBER 1961 DAN 1 JULI 1971



Oleh Biro Pendidikan & Propaganda AMP Kota Yogyakarta

Sesungguhnya, nasionalisme Papua sudah berkembang khas melalui “Cargo” selajutnya dibangun sejak tahun 1925 melalui pendidikan formal berpola asrama diikuti oleh pendirian partai politik dan dewan Nieuw Guinea. (Materay Bernada,2012: hal:11).

Pada tanggal 16 Maret 1961 Belanda dalam Sidang Parlemen Belanda  menyusun program 10 Tahun pembangunan oleh Mr. Bot (Wakil Menlu Belanda Urusan Nieuw Guinea) sebagai langkah awal persiapan kedaulatan Papua Barat. (Alua, 2009:38).

Tanggal 18-25 Maret 1961 Pemilihan Umum untuk memilih anggota Nieuw Guinea Raad  di Holandia (Kini Jayapura) sebagai langkah awal realisasi dari rencana 10 tahun Papuanisasi didorong oleh isu internasional  tetang demokrasi bagi seluruh umat manusia. (Alua, Hal:38).

Tanggal 1 April 1961 terbentuknya (diresmikan) Nieuw Guinea Raad di Holandia (Jayapura). Jumlah anggota Dewan terdiri dari 21 Orang di antaranya 10 orang Papua (Djopari:34-35).

Bulan September tahun 1961 Menteri Luar Negeri Belanda DR. Josep Luns mengajukan pemecahan masalah Nieuw Guinea pada PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk sidang umum PBB tanggal 28 November 1961 (Djopari: 35).

Tanggal 19 Oktober 1961 pada masa Gubernur Platteel dibentuk suatu badan yang disebut   Komite Nasional Papua(KNP) karena desakan Belanda sebab ketengan antara Belanda dan Indonesia semakin meningkat. KNP diketua oleh Mr. De Rijke (seorang Indo Belanda). Komite Nasional Papua (KNP) beranggotakan 80 orang. (Alua, Hal: 40).

Lambangkan Negara dan bendara Negara Papua Barat ditetapkan pada konggres Papua 19 Oktober 1961 di Gedung Nieuw Guinea Raad di Kota Holandia (Gedung Kesenian di Kota Jayapura). Lambang “Burung Mambruk” dan Bendera Negara “ Bintang Kejora”.

Pada tanggal 18 November 1961 Pemerintah Belanda melalui Gubernur Plateel dan Sekretaris Gubernur A. Losjes menetapkan dan mengesahkan pemakaian lagu Kebangsaan Papua Barat (West Papua). Hal tersebut diatur dalam Surat Keputusan Gubernur No. 364 (Gouvernementslad van Nederlands-Nieuw Guinea No.69). Alua: 43

Berlandaskan hasrat dan keinginan bangsa Papua akan kemerdekaan maka dengan perantaraan Komite Nasional Papua dan Badan Perwakilan Rakyat kita Nieuw Guinea Raad mendorong Govermemen Nerderlands-Nieuw-Guinea dan pemerintah Nederlands supaya mulai 1 November 1961: Pertama; Bendera kami dikibarkan di samping bendera Belanda Nederlands.

Kedua; Nyayian kebangsaan kita (kami) “Hai Tanahku Papua” dinyayikan atau dilagukan disamping Wilhelmus. Ketiga; Nama tanah kami menjadi Papua Barat dan keempat: Nama bangsa kami menjadi Papua.

Keputusan tentang pengibaran bendera pada tanggal 1 November 1961 tidak terlaksana karena belum ada persetujuan dari pemerintah Belanda karena belum tiba waktu yang diharapkan. Akhirnya pemerintah menyetujui bahwa deklarasi dan pengibaran Bendara Papua Barat (West Papua) dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 1961 di Holandia (kini Jayapura) tepatnya di Jalan Irian, dihalaman Gedung Kesenian Irian Jaya yang pada waktu itu adalah Gedung Nieuw Guinea Raad. Hari itu dilakukan pengibran Bendara Papua Barat (West Papua) berdampingan Bendera Pemerintah Belanda dan dinyayikan lagu kedua Negara Merdeka (Belanda dan Papua Barat).

Lagu Kebangsaan “Hai Tanahku Papua” dikumandangkan pertama kalinya. Semua dinas juga dibuat berbentuk palang untuk mengibarkan dua bendera berdaulat, Belanda dan Papua Barat.
Demikian lagu kebangsaan Papua “ Hai Tanahku Papua” dinyayikan bersama  lagu Kebangsaan Belanda Wilhelmus. Kedua hal tersebut berlangsung selama setahun sampai dengan pemerintah UNTEA dimulai pada tanggal 1 Oktober 1962.

Pada tanggal 1 Desember 1961 tidak dibacakan teks proklamasi kemerdekaan Papua Barat. Alasannya, teks proklamasikan akan dibacakan pada saat defenitif (de jure)  pada akhir tahun 1970 atau 1971 ketika pemerintah kerajaan pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada bangsa Papua Barat (West Papua).

Proklamasi 1 Juli 1971
Setelah wilayah Papua Barat dimasukan secara sepihak lewat manipulasi Penentuan Pendapat Rakyat oleh Indonesia pada tahun 1969, wilayah ini diduduki layaknya sebuah wilayah jajahan. Indonesia mulai memperketat wilayah ini untuk mematikan gerakan kemerdekaan Papua Barat yang dilancarkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM)[1] lewat perjuangan diplomasi dan gerilya.

Pada tanggal 1 Juli 1971 di suatu tempat di Desa Waris, Kabupaten Jayapura, dekat perbatasan Papua New Guinea, yang dijuluki (Markas) Victoria, yang kemudian dijuluki dalam kosakata rakyat Papua Barat sebagai “Mavik" “dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat. Proklamasi ini dicetuskan oleh Seth Jafet Rumkorem[2] sebagai Presiden Papua Barat, dan didampingi oleh Jakob Prai[3] sebagai Ketua Senat (Dewan Perwakilan Rakyat), Dorinus Maury sebagai Menteri Kesehatan, Philemon Tablamilena Jarisetou Jufuway sebagai Kepala Staf Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL[4]), dan Louis Wajoi sebagai Komandan (Panglima) TEPENAL Republik Papua Barat.
Isi teks Proklamasi 1 Juli 1971 adalah:

PROKLAMASI
Kepada seluruh rakyat Papua, dari Numbai sampai ke Merauke, dari Sorong sampai ke Balim (Pegunungan Bintang) dan dari Biak sampai ke Pulau Adi.

Dengan pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan pada anda sekalian bahwa pada hari ini, 1 Juli 1971, tanah dan rakyat Papua telah diproklamasikan menjadi bebas dan merdeka (de facto dan de jure).

Semoga Tuhan beserta kita, dan semoga dunia menjadi maklum, bahwa merupakan kehendak yang sejati dari rakyat Papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah dipenuhi.
Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua Barat,
Seth Jafet Rumkorem
(Brigadir-Jenderal)


[1] OPM lahir di Manokwari, tanggal 26 Juli 1965 dengan pemimpin kharismatisnya adalah Johan Ariks, yang waktu itu sudah berumur 75 tahun. Sedangkan tokoh-tokoh pimpinan militernya adalah dua bersaudara Mandatjan, Lodewijk dan Barends, serta dua bersaudara Awom, Ferry dan Perminas.
[2] Seth Jafet Rumkorem adalah putra seorang “Pejuang Merah Putih” yang tadinya menyambut kedatangan pemerintah dan tentara Indonesia dengan tangan terbuka. Ia meninggalkan pekerjaannya sebagai penata buku di kantor KLM di Biak, dan masuk TNI/AD yang memungkinkan ia mengikuti latihan kemiliteran di Cimahi, Jawa Barat, sebelum ditempatkan di Papua Barat dengan pangkat Letnan Satu bidang Intelligence di bawah pasukan Diponegoro.
[3] Jakob Prai kini tinggal di Malmo Swedia. Dia menjabat sebagai Kepala Missi Politik OPM Urusan Luar Negeri (International).
[4] TEPENAL kini telah berubah nama menjadi TPN. Artinya tetap sama, yaitu Tentara Pembebasan Nasional, hanya saja sering digandeng dengan huruf “PB” menjadi TPN-PB artinya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.
 ______________________________________________________________________________
Biro Pendidikan & Propaganda AMP kota Yogyakarta

0 komentar